Langsung ke konten utama

Resume Kajian Ustadz Salim A Fillah

  USTADZ SALIM A FILLAH MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA RESUME KAJIAN AKBAR MASJID AL IRSYAD SURABAYA Ada 7 gelombang masuknya Islam ke nusantara: Surat dari Sri Indrawarman (Raja Sriwijaya yang hidup semasa dengan Muáwiyah bin Abu Sufyah hingga Umar Bin Abdul Aziz) kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz agar beliau mengirimkan guru agama ke Sriwijaya. Suratnya masih ada di museum London. Berikut isi suratnya : "Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepa

Tanyakan Beberapa Hal Ini Sebelum Anda Menikah


Suatu hari saya bertemu dengan seorang ibu. Beliau memiliki anak gadis yang telah dipersunting oleh seorang pria yang menurut saya cukup baik dan bertanggung jawab. Namun ada beberapa hal yang menyisakan perasaan ganjil di hati ibu itu. Sesuatu yang mencerminkan ekspektasi seorang ibu terhadap anak gadisnya yang tak sejalan dengan harapan menantunya. Oleh karena itu, saya ingin menuliskan tentang hal ini, yaitu hal-hal yang sekiranya perlu dipertanyakan sebelum Anda memutuskan untuk menerima seorang lelaki menjadi imam dalam hidup Anda.


Anda mungkin sudah mengenal calon imam Anda untuk seberapa lama. Tapi ketika Anda memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, ada baiknya Anda mengetahui tentang pemikirannya lebih dalam. Kebanyakan orang biasa menyebutnya dengan istilah fikrah. Anda bisa memulai dengan sebuah diskusi yang tentunya dihadiri oleh mahram atau bahkan walimu juga untuk mendalami fikrah calon suami Anda.

Suatu hari saat masih duduk di bangku perkuliahan, saya sempat menghadiri kajian tentang munakakhat (pernikahan) yang dibawakan oleh Ustadz Masturi, Lc. Beliau menyampaikan bahwa sebaiknya kita memilih pasangan yang sefikrah dengan kita. Hal ini dilakukan untuk menjaga keharmonisan dan kelanggengan mahligai pernikahan kita.

Pilihlah seseorang yang sekiranya memiliki pemikiran dan prinsip hidupnya sejalan dengan pemikiran kita. Misal, kita menganggap bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan. Maka pilihlah pasangan yang tidak merokok karena ia sadar rokok tak memberikan faedah apa pun baginya. Bisa kita bayangkan bagaimana jadinya seorang yang tidak menyukai asap rokok bertemu dengan seorang perokok berat, tentu cukup sulit untuk menciptakan keharmonisan dalam rumah tangganya.


Maka, pilihlah pasangan yang sefikrah dengan kita. Oleh sebab itu, saya pikir sebaiknya sebelum Anda menikah, tanyakan beberapa hal ini pada calon pasangan hidup Anda:

1. Anda tentu sudah mengetahui agama apa yang dianut oleh calon pasangan hidup Anda. Tapi coba tanyakan kepadanya apakah ia yakin bahwa agama yang dianutnya adalah satu-satunya agama yang benar. Sebagai seorang imam nantinya, ia tentu harus memiliki fondasi agama yang cukup baik sehingga bisa menuntun Anda dan anak-anak Anda nantinya ke jalan yang baik. 

Anda juga bisa menanyakan kepadanya apakah ia sudah melaksanakan semua hal yang wajib diperintahkan dalam agamanya, misal shalat lima waktu, puasa, zakat, dan berusaha untuk menunaikan ibadah haji. Dulu saya bahkan menitipkan pertanyaan untuk suami saya melalui ibu tentang berapa jumlah rakaat ia shalat dzuhur. Tentu suami saya menjawab ia shalat dzuhur sebanyak empat rakaat. Tapi maksud saya yang sebenarnya adalah untuk mengetahui apakah ia juga ikut mengerjakan shalat sunnah rawatibnya atau tidak.

2. Anda adalah seorang anak yang sudah dididik dan diasuh oleh orang tua Anda sejak kecil dengan baik. Anda juga diberikan kesempatan untuk menimba ilmu hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Tentu orang tua Anda memiliki harapan sendiri terhadap Anda. Bolehlah kiranya Anda membahagiakan keduanya dengan berkarier setelah menyelesaikan pendidikan Anda. Nah, ketika Anda masih sendiri, bekerja tentu bukan menjadi masalah bagi Anda dan kedua orang tua Anda. Saya rasa semua orang tua ingin agar anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik pula.

Namun terkadang ekspektasi suami Anda berbeda. Ada yang tidak menghendaki istrinya membantu mencari nafkah karena memang suami sudah bisa memberikannya dengan sangat baik. Ada pula yang mengizinkan istrinya bekerja meski sebetulnya hal itu bukanlah sesuatu yang diperlukan. 

Anda perlu mengkomunikasikan hal itu pada calon pasangan hidup Anda. Apakah nantinya setelah menikah Anda boleh berkarier di ranah publik atau di ranah domestik. Jika seandainya Anda diizinkan untuk berkarier di ranah publik, tanyakan pula berapa sekiranya waktu yang diizinkan untuk bekerja itu. Apakah bekerja penuh waktu selama kurang lebih delapan jam sehari masih diperbolehkan atau tidak.

Hal ini juga erat kaitannya ketika Anda sudah memiliki anak nantinya. Jika Anda masih bekerja di luar rumah, bagaimana dengan pengasuhan anak nantinya. Apakah Anda akan berhenti bekerja atau mendelegasikan pengasuhan anak Anda kepada pihak lain.

3. Apakah nanti ketika Anda sudah menikah, suami Anda berkenan untuk berbagi tugas dalam mendidik anak dan mengerjakan pekerjaan domestik di dalam rumah.

Mendidik anak sejatinya sudah menjadi kewajiban bersama. Ada yang bilang begini, "bikinnya sama-sama, mengasuhnya sama-sama dan mendidiknya pun harus bersama". Saya setuju itu. Setiap anak perlu sentuhan jiwa dari ayah dan ibunya. Seorang anak yang dekat dengan kedua orang tuanya baik secara fisik dan psikis insya Allah akan terhindar dari pengaruh buruk yang mungkin ada di lingkungan sekitar. Dan kita semua berdoa ya, semoga anak-anak kita senantiasa dijaga Allah dalam kebaikan dan dilindungi dari segala jenis keburukan.

Tanyakan pula tentang kesediaannya untuk membantu mengerjakan pekerjaan domestik, seperti mencuci piring, menyapu lantai, membersihkan kamar bahkan memasak. Dalam beberapa keluarga ada yang membolehkan anak lelakinya mengambil bagian dalam hal ini dan ada pula yang tidak mengizinkannya. Anda bisa menanyakan pada calon suami Anda, apakah nanti saat Anda menikah dia berkenan untuk membantu Anda dalam berbagai urusan domestik ini. Tentu menyenangkan rasanya bisa kompak bersama suami saat masak atau pun membersihkan rumah bersama. 

Saya sangat merindukan masa-masa kami bereksperimen membuat suatu resep masakan. Pernah suatu hari, saya membeli hati di pasar setengah kilogram. Saya ingin membuat steak. Saya pikir saya membeli hati sapi ternyata yang saya beli adalah hati rusa. Saya pun berusaha membersihkan bau amisnya dengan mengucurinya sekian banyak perasan jeruk nipis. Tapi bau amisnya tak kunjung hilang juga. Dan akhirnya saya bersama suami pun membuatnya menjadi steak ala-ala. Dan, saya tak sanggup memakannya karena tak kuat dengan bau amisnya. Sementara suami saya tetap memakannya. Terima kasih, suamiku. Padahal jujur juga lebih baik kok. Sekian hari kemudian ia jujur tentang rasa steak ala-ala yang amis itu. Kami pun menertawakannya bersama.

Wah, sepertinya saya sudah mulai ngalur-ngidul. Oke, saya cukupkan sampai di sini ya. Semoga bermanfaat.

Salam,

Desy Jayanti


Komentar

  1. Yup penting banget mbak nanya2 dulu sblm nikah biar gk nyesel nantinya...
    Apalagi yg kita nikahi bukan hanya suami tp jg calon bapak anak2 kita kelak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak betul. Terima kasih sudah mampir ke sini ya

      Hapus
  2. kalo saya, mencari tahu tentang calon saya dari teman-temannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Itu lebih baik. Biar benaran tahu karakternya ya. Btw, terima kasih sudah mampir mbak (:

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingatlah Hari ini #1

Skincare Rumahan yang Ramah di Kantong, Why Not?