Langsung ke konten utama

Resume Kajian Ustadz Salim A Fillah

  USTADZ SALIM A FILLAH MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA RESUME KAJIAN AKBAR MASJID AL IRSYAD SURABAYA Ada 7 gelombang masuknya Islam ke nusantara: Surat dari Sri Indrawarman (Raja Sriwijaya yang hidup semasa dengan Muáwiyah bin Abu Sufyah hingga Umar Bin Abdul Aziz) kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz agar beliau mengirimkan guru agama ke Sriwijaya. Suratnya masih ada di museum London. Berikut isi suratnya : "Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepa

Menantang Diri untuk Berkomunikasi Produktif, Why Not?

Komunikasi produktif, ya. Itu adalah salah satu materi yang ada dalam kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional yang saya ikuti. Saya memang tertarik dengan komunikasi, terutama sejak berumah tangga dan memiliki anak. Rasa-rasanya perlu waktu untuk mempelajari hal ini. Dan alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan komunitas Institut Ibu Profesional (IIP).
Awal mula saya mengenal IIP melalui majalah Ummi yang saat itu memuat artikel tentang Ibu Septi Peni Wulandari, founder IIP. Kemudian pada lain kesempatan saya juga pernah melihat undangan acara IIP di akun instagram milik Bunda Julia Sarah Rangkuti, penulis buku Rumah Main Anak. Saat itu saya belum begitu ngeh banget tentang IIP. Membaca artikel itu dan pengumuman itu baru membuat saya berpikir sepertinya asyik juga ya ikutan IIP namun saya belum berusaha mencari tahu lebih lanjut lagi tentang IIP.
Sekian bulan kemudian, teman saya, Ina, membagikan pengumuman di salah satu grup yang kami ikuti tentang pembukaan matrikulasi IIP. Ada beberapa teman yang menyambut pengumuman itu dengan antusias dan ingin ikut namun tak kuasa dengan homework yang nantinya akan diberikan mengingat tugas kantor saja sudah cukup apalagi jika mesti ditambah dengan tugas lain sementara kita juga memiliki anak yang masih balita. 
Alhamdulillah, Ina dan salah seorang rekan lain di grup sudah mengikuti matrikulasi. Ina pun membagikan sedikit ceritanya. Ina merasa dengan ikut IIP ia merasa lebih banyak merenung dan mendapatkan semangat baru untuk menjadi seorang ibu yang lebih baik lagi. Ina juga memberikan contoh homework yang ia kerjakan di blognya. Saya pun langsung membuka blog Ina dan sesaat setelah itu saya izin dengan suami untuk bisa ikut mendaftar dalam matrikulasi IIP.
Alhamdulillah, saya lulus matrikulasi dan sekarang sudah masuk ke dalam kelas Bunda Sayang.
Hehehe, oke. Sekarang waktunya saya mengalirkan rasa tentang Materi Komunikasi Produktif yang sudah dibagikan dalam kelas Bunda Sayang. 

Nah, buat teman-teman yang masih penasaran apa itu komunikasi produktif, berikut saya berikan materi sekilas ya.
Jadi, komunikasi secara umum yang dialami oleh seorang ibu bisa dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1. Komunikasi dengan diri sendiri
Komunikasi dengan diri sendiri ini ibaratnya mencerminkan isi pikiran kita, lho. Jadi, hati-hati memilih kata ya. Ada yang bilang kata-kata itu doa. Misal, usahakan kita bisa menahan diri untuk mengucapkan kalimat "Aku bodoh," pada diri kita sendiri. Ganti aja dengan,"Aku belum mengerti dan aku mau tahu bagaimana ini bisa terjadi." 
  • Bisa juga dengan kata masalah menjadi tantangan. Jujur, ini PR banget buat saya. Selama ini saya biasanya kalau ngomong suka bilang masalahnya-masalahnya gitu. Padahal ketika masalah itu kita ucapkan, maka bahu kita ini seolah meluruh dan hati ini menjadi tak bersemangat, kata Bu Septi. Maka alangkah lebih baiknya, bila kita ubah kata masalah dengan kata tantangan.
  • Lalu kata susah, juga sebaiknya diubah menjadi menarik atau menantang.
  • Aku tidak tahu sebaiknya diubah menjadi ayo, kita cari tahu.
Alhamdulillah, sedikit banyak setelah ditantang selama 10 hari untuk mempraktekan komunikasi produktif bisa diterapkan baik ke ketika berbicara dengan diri sendiri atau dengan orang lain. Semoga bisa konsisten dan istiqomah ya. Mohon doanya yaaa.

2. Komunikasi dengan anak

Sumber: Kelas Bunda Sayang IIP, Batch 3 Kalimantan
Nah, kalau sama anak komunikasinya harus dengan kalimat sederhana. Dan ini saya baru ngeh setelah menjalani tantangan komunikasi produktif. Selama ini ternyata saya suka menggunakan kalimat majemuk. Bismillah, semoga kalimat saya bisa lebih sederhana ya.

Mesti perhatikan kontak mata dan intonasi suara serta bahasa tubuh juga. Sebab intonasi suara dan bahasa tubuh berperan lebih besar dalam keberhasilan komunikasi kita.

Kita juga mesti mengatakan apa yang kita inginkan saja bukan yang tidak kita inginkan. Misal, anak kita masih belum mau mandi gitu. Ya, ajak dia mandi biar bisa bernagkat sekolah lebih awal, misalnya. Jangan ditambahin nanti telat, nanti ini dan itu gitu. Kan telat bukan hal yang kita inginkan.



   3. Komunikasi dengan pasangan
Sumber: Kelas Bunda Sayang IIP, Batch 3 Kalimantan
Nah, kalau berkomunikasi dengan pasangan kita juga harus pandai melihat waktu dan suasananya. Komunikasi kita juga mesti memperhatikan intensitas kontak mata, intonasi suara dan bahasa tubuh dengan benar. Selain itu, usahakan pasangan kita bisa mengerti maksud yang kita inginkan atau sebaliknya jadi kita perlu mengklarifikasi apakah seperti itu yang dimaksudnya.
Nah, gambar di samping ini perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan yang diambil dalam kajian dr. Aisyah Dahlan.
Mendengarkan kajiannya di youtube saya jadi senyum-senyum sendiri membenarkan apa yang dimaksud oleh dokternya sambil mengingat komunikasi saya dan suami.
Hehehe...  Ini ya kalau mau menyimak ceramahnya.

Terus semangat, semoga kita menjadi lebih baik ya.

Salam,

Desy Jayanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingatlah Hari ini #1