Langsung ke konten utama

Resume Kajian Ustadz Salim A Fillah

  USTADZ SALIM A FILLAH MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA RESUME KAJIAN AKBAR MASJID AL IRSYAD SURABAYA Ada 7 gelombang masuknya Islam ke nusantara: Surat dari Sri Indrawarman (Raja Sriwijaya yang hidup semasa dengan Muáwiyah bin Abu Sufyah hingga Umar Bin Abdul Aziz) kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz agar beliau mengirimkan guru agama ke Sriwijaya. Suratnya masih ada di museum London. Berikut isi suratnya : "Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepa

Catatan Perjalanan dari Haramain


Fotonya diambil oleh Bang Reza Darwin
Saya sudah tahu bahwa rukun Islam itu ada lima, yaitu bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Terkhusus bagi haji dari zaman masih TK, saya mendapatkan catatan tambahan bahwa haji itu hanya untuk yang mampu. Mampu sendiri ada dua menurut yang diajarkan oleh guru-guru saya, yaitu mampu secara harta dan mampu secara fisik. Namun ketika saya semakin mendewasa, saya menyadari bahwa mampu bukan hanya dua hal itu saja. Ada satu hal yang menjadi tambahan indikator mampu itu, yaitu mampu secara iman. Banyak yang Allah karuniakan nikmat kesehatan dan kesejahteraan namun hatinya belum juga terpanggil untuk berkunjung ke baitullah.
Dan saya merasa panggilan itu datang pada diri saya ketika duduk di bangku SMA. Seorang sahabat bernama Malida Nitami menjadi perantara Allah membukakan pintu hati saya akan kewajiban untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Jadi, ayah dan ibunya Malida pada tahun itu Allah panggil menunaikan ibadah haji. Lalu mungkin karena rindunya Malida dengan kedua orang tuanya, dia sering membaca talbiyah di kelas. 

Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariikalaka labbaik.
Innalhamda wanni'mata laka wal mulka, laa syariikalaka.

Lalu Malida bilang sebagai seorang muslim kita itu harus punya cita-cita agar bisa berkunjung ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Malida pun menambahkan bahwa di negeri jiran, Malaysia, orang-orang berbondong untuk bisa berkunjung ke tanah suci. Bahkan mereka sudah punya tabungan haji sejak masih usia yang amat dini. Malida juga mengatakan bahwa dia sudah mulai menabung untuk bisa berangkat haji saat itu.
Iya, jarak antara kita dan Mekah itu tak akan berubah bila kita tak pernah berusaha untuk melangkah, begitulah kiranya jargon grup facebook "Ayo, ke Mekah" yang saya ikuti dalam dua tahun terakhir ini. Artinya, jarak dan biaya untuk bisa berkunjung ke tanah suci itu sebenarnya akan tetap sama dan kita akan tetap di sini saja kalau tidak berusaha untuk mempersiapkannya.

Maka setelah lulus kuliah, saya pun mulai mempersiapkan rencana untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Allah berkenan menerima saya untuk menjadi bagian dari tim sensus barang milik negara di Pemprov DKI Jakarta selama tiga bulan. Kami diminta membuat rekening tabungan atas nama pribadi untuk pembayaran honornya. Saat itu saya belum memiliki tabungan atas nama saya sendiri. Maka saya pun izin kepada kedua orang tua untuk bisa diperkenankan membuka tabungan atas nama pribadi dengan jenis tabungan haji.
Saat itu saya memilih untuk membuka tabungan di Bank Muamalat. Saya mempelajari produk tabungan haji itu. Jadi pada tahun 2010 itu, jika saldo di tabungan haji kita sudah mencapai nominal Rp15.500.000,- maka secara otomatis kita sudah bisa mendaftarkan diri ke Siskohat Kementerian Agama. Dengan kata lain kita akan mendapatkan nomor porsi haji kita. 

Alhamdulillah, dalam tiga bulan bekerja sebagai anak magang di Pemprov DKI itu saya sudah bisa mengumpulkan dana untuk bisa melangkah lebih dekat menuju Baitullah. Namun karena setelah itu saya kembali ke Ketapang lalu hendak ke Jakarta lagi untuk mengikuti Tes Kompetensi Dasar dalam rangka penerimaan CPNS, akhirnya tabungan haji itu saya cairkan. Tapi cita-cita untuk bisa menunaikan ibadah haji itu masih belum memudar. Saya terus berusaha memantiknya.

Salah satu usaha agar cita-cita itu tetap ada adalah dengan menghadiri undangan acara walimatul haji yang biasanya diselenggarakan oleh sanak famili yang hendak berangkat ke tanah suci. Dalam salah satu acara walimatul haji yang kami datangi di tahun 2014 di Desa Sungai Besar, kami bertemu dengan Pak Haji Kacong. Saat itu beliau sedang berbincang dengan Uning Saya, Pak Hambali (tuan rumah yang punya hajat), Bibi dan istrinya Pak Hambali.
Kami menyimak perbincangan itu karena isinya lebih kepada tips dan trik yang Pak Kacong jalani sendiri. Semoga menjadi amal jariyah buat beliau. Pak Haji Kacong mengatakan bahwa sebenarnya setiap orang insya Allah bisa pergi haji. Coba kita bayangkan jika kita bisa menabung sebanyak Rp 2 juta saja selama setahun maka dalam waktu 13 tahun insya Allah sudah bisa terkumpul uang untuk bisa mendapatkan nomor porsi haji. Atau jika kita ingin lebih cepat, kita bisa saja memelihara sapi. Satu ekor sapi jika kita jual harganya bisa mencapai Rp 15 juta. 
Sepulang dari acara itu, saya menjadi lebih bersemangat untuk mempersiapkan diri menuju ke tanah suci. Awalnya saya menerapkan saran dari Pak Haji Kacong yang pertama. Saya berusaha menyisihkan seratus ribu setiap bulan. Tapi saat itu masih timbal sulam. Sampai akhirnya pada bulan November 2015, kami membulatkan tekad untuk membuka rekening tabungan haji. Karena tabungan haji itu sifatnya tidak bisa diambil-ambil lagi, jadinya ini cukup membantu ketimbang menabungnya di tabungan biasa. 

Kemudian saya kembali merenung, bila saya harus menabung sebanyak seratus ribu setiap bulannya maka setahun menjadi Rp 1,2 juta dan biaya untuk mendapatkan nomor porsi haji sekarang sudah lebih besar daripada tahun 2010 itu. Hukum inflasi pun terjadi. Dan saya berusaha mencari instrumen yang masih likuid tapi bisa bertahan dari arus inflasi. Saya pun memilih emas sebagai alat untuk bisa berangkat menuju tanah suci. (Baca: Menabung Emas secara Konsinyasi)

Dan alhamdulillah. Allah memberikan kesempatan untuk bisa berkunjung ke dua tanah suci sebelum bisa menunaikan ibadah haji.

Sebetulnya saya ingin langsung membahas tentang persiapan berkunjung ke haramain, tapi di catatan berikutnya saja ya, Insya Allah. Semoga catatan ini bisa bermanfaat.

Salam,

Desy Jayanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingatlah Hari ini #1